Sabtu, 26 Maret 2011

SENYUM TA'ARUF ISLAMI (biar gak bosan ^_^)

Diriwayatkan bahwa Isa bin Musa sangat mencintai istrinya. Pada suatu hari ia berkata kepada istrinya, "kamu akan ku cerai jika tidak lebih cantik daripada bulan purnama!". Mendengar kata-kata suaminya ini, ia bangkit dan menjauhinya seraya berkata, "Suamiku, dengan kata-katamu itu engkau telah mentalakku!".
Malam harinya, Isa tidur sendirian dan menyesali apa yang telah diperbuatnya. Lalu esok harinya ia pergi menemui Khalifah Al-Manshur dengan maksud untuk menceritakan apa yang telah terjadi. Isa berkata, "Wahai Amirul Mu'minin, jika perceraian benar-benar telah terjadi, maka, betapa hancur jiwaku. Kiranya mati lebih baik bagiku dari pada hidup!" Al-Manshur tampak terkejut mendengar apa yang telah terjadi, sehingga para ahli hukum dipanggil ke istana untuk dimintai fatwa. Dalam majlis fatwa semua ulama yang hadir berpendapat bahwa laki-laki ini telah secara sah menceraikan istrinya dengan kata-katanya itu, kecuali satu orang sahabat Abu Hanifah yang sejak semula diam tidak memberi fatwa.
Al-Manshur bertanya, "Kenapa engkau tidak berbicara?"
Orang itupun membaca surah At-Tin, "Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih. Demi buah tin dan buah zaitun. Demi Bukit Sinai. Dan demi kota Makkah yang aman ini. Sungguh kami telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang paling baik." Jadi, tidak ada sesuatu pun yang lebih cantik dari pada bentuk manusia".
Mendengar jawaban ini, Al-Manshur berkata kepada Isa bin Musa, Allah telah memberi jalan keluar untukmu. Itulah jawaban bagi masalahmu, sebagaimana yang telah dikatakan oleh Syaikh ini. Sekarang pergilah menemui istrimu."
Al-Manshur pun menulis surat untuk istrinya yang menjelaskan bahwa suaminya belum menceraikannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar